Belajar Kepemimpinan dari Sholat Berjamaah

Oleh: Ciptadi Prasetyo

WARTA NASIONAL – Sholat berjamaah adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, sholat berjamaah juga memiliki banyak manfaat bagi umat Muslim, termasuk dalam hal kepemimpinan.

Sholat berjamaah adalah sholat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, sehingga ada 1 orang sebagai imam, yang berdiri di depan, memimpin sholat dan orang lainnya sebagai makmum, pengikut imam.

Dalam sholat berjamaah, kita dapat melihat beberapa prinsip kepemimpinan yang sangat penting :

1. Mekanisme pemilihan imam

Imam dipilih dengan kriteria yang cukup ketat dan tidak asal yang bersangkutan mau, tapi harus dipilih berdasarkan kemampuan dari segi pemahaman ilmu agama Islam, bacaan dan hafalan surat Al Qur’an serta pengamalan akidah dan akhlak Islam dalam kehidupan sehari hari bukan berdasarkan keturunan, ras, suku bangsa dan golongan.

Disinilah arti penting kemampuan, yang juga menjadi dasar pemilihan pemimpin menurut Islam, baik dalam tataran komunitas masyarakat, organisasi maupun negara. Tentunya kemampuan mengacu parameter yg disesuaikan dengan komunitasnya.

2. Imam mampu mengatur dan dijadikan rujukan

Ketika sholat dilaksanakan, imam mengatur barisan (shaf) makmum agar lurus dan rapat, seperti komandan memimpin prajuritnya dalam peraturan baris berbaris, tidak cukup hanya diam. Dalam setiap gerakan sholat, imam memulai lebih dulu, makmum mengkuti gerakan imam setelahnya. Ini sebagai bentuk keteraturan, kedisplinan dan kesolidan. Setiap makmum harus berdiri dalam satu shaf dan mengikuti gerakan imam dengan baik. Inilah wujud pentingnya keteraturan dan persatuan dalam sebuah tim, organisasi atau komunitas masyarakat.
Dalam sebuah tim, setiap anggota harus bekerja sama dan mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Baca Juga :  Saat Keinginan Tidak Menjadi Ambisi: Pelajaran dari Abu Dzar Al-Ghifari

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka
seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
(QS. As-Saff 61: Ayat 4)

3. Komunikasi yang jelas dan efektif

Karena gerakan imam harus diikuti makmum, maka instruksi dan bacaan imam yang di jahr kan harus jelas, dipahami dan didengar semua makmum sehingga meminimalisir makmum salah dalam mengkuti gerakan imam.
Ketika ada gerakan yang salah, makmum berhak membetulkan dan mengingatkan seperti dg ucapan “subhanallah”. Bila ada bacaan surat imam yang salah, makmum berhak membetulkan dengan adab yang baik.

Inilah bentuk komunikasi efektif yang bisa diterapkan pemimpin kepada anggotanya di organisasi, komunitas masyarakat maupun negara.

4. Imam harus memiliki sifat lapang dada

Dalam pelaksanaan sholat berjamaah, ketika imam ada gerakan dan bacaan yang salah, makmum berhak membetulkan dan mengingatkan. Imam harus lapang dada dibetulkan, karena imam juga manusia yang bisa lupa & alpa.

Disini juga peran posisi makmum dibarisan paling depan, makmum yang di posisi paling depan & paling dekat dengan imam harus yang memiliki kriteria menyerupai atau mendekati imam. Baru dibarisan setelahnya diikuti makmum yang lain mengikuti urutan tingkat kemampuannya.

Baca Juga :  Isbat Nikah dan Pencatatan Perkawinan

Sehingga ketika ada gerakan dan bacaan imam yang salah bisa segera mengingatkan dan menasehati imam dengan ucapan “subhanallah”.

Ini juga diterapkan dalam kepemimpinan di organisasi atau komunitas. Pembantu pembantu pemimpin (ketua) idealnya yang memiliki kriteria menyerupai atau mendekati seorang ketua sehingga mampu menasehati pemimpin.

5. Makmum harus taat dan kritis

Dalam sholat berjamaah, tidak dibenarkan makmum tidak mengikuti gerakan imam. Makmum mengikuti, setelah ada aba aba dari imam, tidak boleh mendahului imam.
Inilah bentuk ketaatan yang hakiki seorang anggota kepada pemimpinnya dalam implementasi baik di tim work, di organisasi maupun di komunitas masyarakat.

Di sisi lain makmum juga harus kritis kepada imam, ketika imam salah dalam gerakan maupun bacaan.
Inilah bentuk kerjasama yang baik dalam sholat berjamaah.
Seperti yang dikatakan oleh Umar bin Khattab, “Seseorang tidak akan menjadi pemimpin yang baik jika tidak memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain.” (Sumber: Kitab Al-Kharaj wa al-Siyasah al-Maliayah)

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga menekankan pentingnya kerja sama dan kesatuan dalam surat Al-Maidah ayat 2, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengelola tim dengan baik.

Baca Juga :  Menakar Kembali Arti Pemimpin yang Mendapat Naungan

6. Imam harus bijak

Imam sebagai pemimpin tidak boleh egois. Imam harus memahami kondisi makmum baik dari segi pemahaman tentang sholat maupun segi fisik dan usia. Ketika memimpin jamaah yang mayoritas tingkat pemahaman sholatnya masih rendah, fisik kurang sehat dan usia tua, maka imam dianjurkan memilih bacaan surat suratnya yang tidak terlalu panjang, begitu juga dalam kondisi sebaliknya.

Imam memiliki peran yang sangat penting dalam memimpin jamaah dengan baik dan memastikan bahwa sholat berjalan dengan lancar. Seorang pemimpin harus seperti yang dikatakan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, “Pemimpin yang baik adalah yang dapat memimpin dengan kasih sayang dan keadilan.” (Sumber: Kitab Al-Isti’ab fi Ma’rifat al-Ashhab)

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga menekankan pentingnya kepemimpinan yang bijak dalam surat An-Nisa ayat 59, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.”
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa sholat berjamaah memiliki banyak pelajaran yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat menjadi pemimpin yang baik dan efektif dalam berbagai bidang kehidupan.***

*) Pras Kontraktor
Pemalang, 07 Mei 2025

banner 336x280