Menakar Kembali Arti Pemimpin yang Mendapat Naungan

Oleh : dr. Darmanto, SH, M.Kes, SpPD, FINASIM, FISQua

WARTA NASIONAL – Apakah kita juga seorang pemimpin?

Pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya, “apakah aku seorang pemimpin?”
Banyak dari kita mungkin spontan menjawab,”BUKAN”.
Aku bukan kepala dinas, bukan direktur, bukan orang yang punya jabatan penting.”
Tapi benarkah kepemimpinan hanya dimiliki oleh mereka yang duduk di kursi tinggi?

Ada hadis Nabi yang menegaskan bahwa setiap kita adalah pemimpin, Kullukum Ra’in Wakullukum mas’ulun ‘an Ra’iyyatihi Sesungguhnya setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.

Ada pepatah bijak dalam falsafah Jawa, Sapa mikul dhuwur, mendhem jero. Barangsiapa yang memikul kehormatan dan memendam aib sesamanya dialah pemimpin yang memuliakan. Artinya kepemimpinan tak diukur dari kewenangan, tetapi dari kehalusan budi dan kebesaran jiwa.

Baca Juga :  Perubahan Perilaku Diri Sendiri, Sebelum Merubah Orang Lain

Seorang ibu rumah tangga yang sabar membesarkan anak-anaknya adalah pemimpin. Seorang staf yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan menjaga semangat timnya, juga pemimpin. Teman yang menjadi pendengar yang baik dan penguat bagi yang mulai lelah, dia pun sedang menjalankan kepemimpinan sejati.

Kepemimpinan bukanlah cuma soal posisi melainkan tentang pengaruh yang menumbuhkan. Bukan tentang siapa yang harus tunduk pada kita tapi tentang siapa yang bisa tumbuh karena kehadiran kita.

Sahabat Nabi Ali bin Abi Thalib pernah berkata
“Nilai seseorang tergantung pada apa yang ia lakukan dengan ilmunya.”
Kepemimpinan adalah bagaimana kita menggunakan pengetahuan dan pengalaman kita untuk membimbing, menguatkan dan memanusiakan orang lain.

John C. Maxwell mengatakan dalam The 5 Levels of Leadership,
People follow you because of what you have done for them.
Artinya orang akan mengikuti bukan karena jabatan tetapi karena dampak nyata yang kita berikan dalam hidup mereka.

Baca Juga :  The Lady with the Lamp: Kepemimpinan yang Menyala dalam Diam

Peter Drucker juga pernah menyampaikan
The best way to predict the future is to create it
Menggapai masa depan bukan hanya dengan rencana besar semata tapi dengan tindakan kecil yang membangkitkan orang-orang di sekitar kita.

Mari kita mulai menjadi pemimpin dengan melakukan tindakan sederhana, mendengar dengan empati, memberi contoh yang baik, menyemangati yang lelah, dan menyatukan yang tercerai.

Karena pemimpin sejati tidak dilahirkan oleh struktur tapi oleh keberanian untuk bertanggung jawab dan kesediaan untuk mengangkat yang lain bersama dirinya.

Pepatah Jawa mengatakan Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana. Maka kepemimpinan sejati dibangun dari tutur yang meneduhkan dan laku yang memuliakan.

Dan jika kita menanamkan niat baik dalam memimpin walau dalam ruang kecil sekalipun insyaAllah ada tempat istimewa yang Allah janjikan yaitu naungan pada hari yang tidak ada naungan selain dari-Nya.

Baca Juga :  Isbat Nikah dan Pencatatan Perkawinan

Semoga kita semua termasuk dalam golongan itu.

*) Dokter yang juga aktivis sosial kemasyarakatan serta pegiat dunia digital ***

banner 336x280