WARTANASIONAL.COM – Salah satu pelaksanaan program pemberdayaan perempuan berbasis lingkungan yang dilakukan Dinas Sosial Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (Dinsos KBPP) Kabupaten Pemalang adalah akan menyelenggarakan sekolah perempuan dengan topik pengelolaan sampah melalui bank sampah, sebagai strategi pemberdayaan ekonomi perempuan.
Kepala Bidang PPPA Dinsos KBPP Triyatno Yuliharso mengatakan, pihaknya akan menggandeng pengelola Bank Sampah Mawar Biru Kota Tegal Nur Laelatul Aqifah sebagai narasumber kegiatan itu.
“Kami melihat bahwa Bank Sampah Mawar Biru telah memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Kami ingin menjadikan pengalaman dan wawasan Bu Laelatul sebagai inspirasi bagi perempuan-perempuan di Pemalang, dalam mengelola sampah dan menciptakan peluang ekonomi,” ujar Triyatno saat melakukan koordinasi ke bank sampah tersebut, Selasa (11/3/2025).
Didirikan pada tahun 2014 dan resmi berbadan hukum sejak 2016, Bank Sampah Mawar Biru berlokasi di Jl. Rambutan 9 No.12, Kraton, Kota Tegal. Awalnya, bank sampah ini muncul sebagai solusi atas permasalahan banjir akibat penumpukan sampah di lingkungan sekitar.
Kini, Mawar Biru tidak hanya menjadi tempat pengelolaan sampah, tetapi juga pusat kreativitas masyarakat dalam mengolah limbah menjadi produk bernilai ekonomi. Menurut Laelatul, berbagai produk inovatif telah dihasilkan dari limbah daur ulang, seperti ecobrick, tas plastik, tempat minuman, bunga hias, tempat tisu, sepatu, meja tamu, kursi, dan baju berbahan dasar sampah. Dengan memanfaatkan limbah dari masyarakat sekitar tanpa membeli plastik baru, bank sampah ini mendorong prinsip daur ulang secara mandiri.
Laelatul bersama suaminya, yang juga terlibat dalam produksi, telah menjahit dan mengolah sampah sejak 2012. Salah satu produk unggulan mereka adalah tas berbahan plastik minyak bekas, yang dijual dengan harga Rp10.000 per unit.
“Kunci bertahan adalah niat yang lurus. Tantangan pasti ada, tetapi dengan semangat kebersamaan, kami bisa terus berjalan,” ujarnya.
Saat berdialog, Triyatno Yuliharso menanyakan kepada Laelatul mengenai alur proses pengumpulan sampah, tantangan yang dihadapi, serta bagaimana Bank Sampah Mawar Biru bisa tetap bertahan di tengah berbagai kendala.
Laelatul menjelaskan bahwa proses pengumpulan sampah dilakukan melalui beberapa cara yaitu, warga menitipkan sampah ke pengurus bank sampah, datang langsung ke bank sampah, penjemputan oleh tim bank sampah terutama bagi warga yang kesulitan mengantarnya sendiri, dan pengumpulan dalam satu RW, lalu menghubungi pengurus untuk dilakukan penjemputan massal.
Tantangan utama yang dihadapi, menurut Laelatul adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam memilah dan mengolah sampah. “Di Paduraksa sudah dibentuk bank sampah, tetapi tidak berjalan karena masyarakat kurang peduli. Bahkan, di lingkungan kami pun banyak yang masih enggan memilah sampah sendiri,” ujarnya.
Selain itu, dampak pandemi juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak warga yang semakin tergantung pada layanan penjemputan sampah, sehingga pengurus harus bekerja lebih keras untuk memastikan keberlanjutan operasional.
Meski menghadapi berbagai kendala, Bank Sampah Mawar Biru tetap bertahan berkat dukungan pengurus, dedikasi tim, serta adanya bantuan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian dan Bank Indonesia (BI). “Kami juga terus berinovasi, seperti mengumpulkan pakaian bekas dan alat rumah tangga. Bahkan, antusiasme masyarakat begitu tinggi, sampai ada yang mengirimkan barang bekas dari luar kota seperti Bandung dan Pemalang,” tambahnya.
Untuk memperluas dampak positifnya, bank sampah ini tengah merintis program sub-bank sampah di 9 RW di wilayah mereka. Harapannya, semakin banyak warga yang terlibat dalam gerakan daur ulang dan pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan. Selain itu, pengelolaan sampah juga terus dilakukan dengan sistem harga jual yang jelas, misal kardus dihargai Rp2.200 per kg dan duplek kertas Rp1.000 per kg.
Turut mendampingi Triyatno Yuliharso mengunjungi ke Bank Sampah Mawar Biru antara lain, Analis Kebijakan Ahli Muda Riyanto, Penelaah Teknis Kebijakan Dede Nadiyanah, Pengelola Bidang PPPA Asih Budiningrum, Pekerja Sosial Anugrah Fitria Berliannanda, dan Staf Dinsos Taufik Silvianto. Mereka berdiskusi mengenai strategi penguatan bank sampah sebagai wadah pemberdayaan perempuan, khususnya dalam aspek ekonomi dan lingkungan.
Triyatno Yuliharso berharap, model pengelolaan seperti ini bisa diterapkan di berbagai wilayah di Kabupaten Pemalang guna meningkatkan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan.***