WARTA NASIONAL – Riuh rendah gegap gempita upacara penutupan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Jateng 2025 yang digelar di Kabupaten Tegal, pada Kamis (13/11/2025) malam.
Kompetisi yang diselenggarakan beberapa hari di kabupaten yang dikomandani oleh H Ischak Maulana Rohman SH (Wakil Ketua GP Anshor Jawa Tengah) tersebut bertujuan untuk mencari bibit unggul dalam rangka persiapan Jawa Tengah sebagai sahibul bait MTQ Nasional tahun 2026.
Acara yang diikuti oleh 900 peserta dari sembilan cabang dan 27 golongan dari kabupaten Kota se Jawa Tengah ini ditetapkan Kota Semarang sebagai peraih Juara Umum, yang ke 3 kalinya.
Kota Semarang mendapat poin melebihi Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus (SK Dewan Hakim MTQH XXXI Provinsi Jawa Tengah Nomor 01/DH/XI/2025).
Yuyun Affandi (Juri Tafsir Bahasa Inggris dan Bahasa Arab) yakin, bahwa hal tersebut, sebagai bukti generasi Z mengalami perubahan, menuju Generasi Qurani yang Inspiratif dan berprestasi, seperti harapan Sekda Jawa Tengah dan Kakanwil Kemenag Jateng dalam sambutan pembukaan (Suara baru.Id: 10/Nov/2025)
Dalam arus modernitas yang serba cepat, manusia kerap terjebak pada kesibukan duniawi yang mengikis nilai-nilai moral dan spiritual.
Kemajuan teknologi yang semestinya mendekatkan manusia kepada kebenaran, justru sering kali menjauhkan dari hakikat kemanusiaan.
Dalam konteks inilah, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) hadir bukan sekadar sebagai ajang perlombaan, melainkan sebagai gerakan spiritual dan sosial yang meneguhkan kembali posisi Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam.
MTQ mengingatkan bahwa kemajuan tidak hanya diukur dari kecanggihan teknologi, tetapi juga dari kualitas akhlak, keutuhan karakter, dan keteguhan nilai ilahi dalam kehidupan.
Melalui MTQ, umat diingatkan bahwa membaca Al-Qur’an bukan sekadar melafalkan huruf-huruf suci, tetapi juga menghidupkan maknanya dalam tindakan.
Dari tilawah hingga tafsir, dari tahfidz hingga syarhil Qur’an, setiap cabang lomba sejatinya adalah media pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, serta penghormatan terhadap ilmu.
Inilah bentuk nyata dari revolusi nilai—sebuah proses perubahan dari memahami Al-Qur’an secara tekstual menuju penghayatan yang kontekstual dan transformasional.
MTQ sebagai Sumber Inspirasi dan Pembentukan Karakter
MTQ memiliki kekuatan inspiratif yang besar karena menyentuh sisi terdalam kemanusiaan: keindahan spiritual dan kebijaksanaan moral.
Peserta MTQ belajar tentang ketekunan, ketulusan, dan adab; panitia belajar tentang amanah dan keikhlasan; sementara masyarakat belajar tentang semangat kebersamaan dan penghargaan terhadap nilai-nilai Qurani.
Semua itu membentuk ekosistem pendidikan moral yang menghubungkan dimensi spiritual dengan realitas sosial.
Lebih jauh, MTQ berperan sebagai laboratorium karakter bangsa.
Melalui proses seleksi, pelatihan, dan pembinaan, generasi muda didorong untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan dalam berpikir dan bertindak.
Kegiatan ini melatih generasi untuk tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual.
Dengan demikian, MTQ bukan hanya menghasilkan pemenang lomba, tetapi juga melahirkan manusia berkarakter Qurani yang mampu menjadi teladan dalam kehidupan.
Nilai-Nilai Qurani sebagai Pondasi Revolusi Moral
Nilai-nilai Al-Qur’an seperti kejujuran, tanggung jawab, kesabaran, kasih sayang, dan keadilan merupakan pondasi peradaban yang kokoh.
Nilai-nilai inilah yang menjadi inti dari pendidikan karakter bangsa. Ketika masyarakat menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber etika sosial, maka akan terbentuk manusia yang tidak hanya baik secara personal, tetapi juga bermanfaat bagi lingkungannya.
Dalam konteks pembangunan bangsa, nilai-nilai Qurani berfungsi sebagai kompas moral yang menuntun arah kemajuan. Kemajuan ekonomi tanpa moralitas hanya melahirkan kesenjangan; kecanggihan teknologi tanpa spiritualitas akan menghasilkan kehampaan.
Karena itu, revolusi nilai yang digerakkan oleh MTQ harus berfokus pada pembentukan manusia yang seimbang antara iman, ilmu, dan amal.
MTQ sebagai Wadah Transformasi Sosial dan Kebudayaan
MTQ juga memiliki fungsi sosial yang luas. Ia menjadi ruang perjumpaan lintas generasi, lintas daerah, bahkan lintas profesi.
Di sana tumbuh solidaritas, ukhuwah, dan kesadaran kolektif akan pentingnya nilai-nilai keislaman dalam kehidupan berbangsa.
Dalam konteks ini, MTQ dapat berperan sebagai agen transformasi sosial dan kebudayaan, yang mengubah cara pandang masyarakat terhadap agama dari sesuatu yang ritualistik menjadi praksis dan solutif.
Ke depan, MTQ perlu diarahkan menjadi gerakan yang lebih inovatif dan inklusif, menjangkau generasi muda melalui pendekatan yang relevan dengan zaman.
Misalnya, dengan mengintegrasikan MTQ dengan literasi digital, kajian tafsir kontekstual, festival seni Qurani, atau program sosial berbasis nilai Al-Qur’an.
Tantangan dan Arah ke Depan
Tantangan terbesar MTQ di masa depan bukan hanya menjaga kualitas pelaksanaan lomba, tetapi memastikan bahwa nilai-nilai yang dilombakan menjadi gaya hidup di tengah masyarakat.
Revolusi nilai tidak akan bermakna jika berhenti pada momen seremonial. Karena itu, pasca MTQ, perlu ada tindak lanjut berupa gerakan pembinaan Qurani berkelanjutan di sekolah, pesantren, kampus, dan komunitas.
Selain itu, penting untuk menumbuhkan paradigma kolaboratif antara lembaga keagamaan, pendidikan, dan pemerintah dalam membangun generasi Qurani.
Jika sinergi ini terwujud, MTQ tidak hanya menjadi agenda tahunan, melainkan bagian dari gerakan nasional membangun karakter bangsa berbasis wahyu.
MTQ adalah simbol dari cinta umat terhadap Al-Qur’an, sekaligus cermin harapan akan lahirnya peradaban yang berakar pada nilai-nilai ketuhanan.
Di tengah krisis moral dan disorientasi nilai, MTQ hadir membawa pesan sederhana namun mendalam: bahwa keindahan sejati bukan hanya pada suara yang merdu, tetapi pada perilaku yang terpuji dan hati yang tunduk pada kebenaran.
Revolusi nilai yang digerakkan oleh MTQ menuntun umat untuk kembali pada esensi Al-Qur’an—menjadikan wahyu bukan sekadar bacaan, melainkan pedoman hidup yang membimbing langkah menuju kemuliaan. Sebagaimana QS. Al-Isra’: 9: “Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus.” (QS. Al-Isra’: 9).***
*)Prof. Dr. Hj. Yuyun Affandi, Lc., MA, Guru Besar UIN Walisongo Semarang dalam bidang Ilmu Tafsir al-Qur’an, Ketua Himpunan Daiyah dan Majelis Taklim Muslimat NU (Hidmat) Jateng dan Juri Nasional Tafsir Bahasa Arab Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits Nasional (STQHN) 2025 XXVIII Kendari, Sulawesi Tenggara



















