WARTA NASIONAL – Seiring program Zero Waste yang sedang digelorakan Walikota Semarang Agustina Wilujeng dalam upaya mewujudkan Semarang bersih.
Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Dini Inayati, ST, meyakini zero waste sebagai program yang tepat.
Dia tergerak dan bertekad untuk melibatkan diri mewujudkan program tersebut ke masyarakat lapis bawah, RT-RW di Kelurahan Sendangmulyo.

Kepada wartawan, di Semarang, Rabu, (4/6/2025), Dini menjelaskan, langkah awal yang ditempuh, mengedukasi warga RW 21 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang untuk dijadikan basis percontohan.
Di RW yang memiliki 13 RT ini, belasan tahun warga menghadapi problem sampah berupa pencemaran udara yang dipicu oleh keberadaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Sampah membusuk akibat pengambilan oleh petugas sering terlambat.
Dini Inayati memproyeksikan bila nantinya warga RW 21 Kelurahan Sendangmulyo berhasil diedukasi, yakni menjadikan sampah sebagai lumbung ekonomi warga, maka keberhasilkan tersebut nya akan ditularkan ke 32 RW lain yang juga mengalami problem yang sama.
Mantan komisioner KPID Jateng ini, mengajak 20 warga sebagai representasi RW 21 Kelurahan Sendangmulyo berkunjung ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang untuk melihat prektik mengolah sampah organik menjadi magot atau larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF).
Magot ternyata dapat digunakan sebagai sumber protein untuk pakan ternak denhsn kandungan gizi tinggi, mengubah sampai organik menjadi magot oada akhirnya proses ini akan mengurangi volume sampah organik secara signifikan.
Prosesnya dari pengumpulan sampah organik, pemberian sampah organik sebagai pakan maggot hingga panen maggot digunakan untuk pakan ternak atau bahan lainnya.
Usai dari DLH, warga RW 21 dibawa ke lembaga Bank Sampah Sumber Rezeki, di RW 5 Kelurahan Gisikdrono, yang berhasil mengembangkan bank sampah lewat pilah sampah juga mengolah sampah menjadi pupuk untuk tanaman.
“Metode ini secara nyata dapat mengurangi sampah dan menghasilkan produk bernilai ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat setempat, maka program ini tepat untuk dikembangkan”, tegas Dini Inayati.
Ditambahkan, mengubah sampah menjadi pakan ternak melalui budidaya magot, sangat signifikan, muaranya akan mengurangi volume sampah di TPS.
Hasilnya, warga dapat mendapatkan nilai ekonomis dari panen magot, dan akan terjadi efisiensi anggaran dalam pengangkutan sampah dari TPS ke TPA karena berkurangnya volume sampah organik.
Begitu pula, katanya, akan berdampak pada efisiensi biaya operasional pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Ketua RW 21 Kombes Pol Agus Yulianto, Psi, saat dihubungi wartawan, menyataan sangat berterima kasih atas edukasi dan bimbingan tulus dari Dini Inayati.
“Saya bertekad langsung mempraktekkan ilmu dari DLH dan dari RW 5 Kelurahan Gisikndrono dalam kesehariannya dan harus berhasil. Semoga problem sampah dapat diatasi lewat pola ini,” pungkasnya.***