Oleh: Yuyun Affandi*
WARTA NASIONAL – Dalam rangka memperingati Hari Ibu Nasional (HIN), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi, mengatakan: perayaan HIN ini, bukan hanya sebagai seremonial, melainkan pengingat akan peran ibu, dalam membangun keluarga, masyarakat, dan bangsa. Peringatan tahun 2025 ini, secara Nasional mengusung tema, yang menegaskan pentingnya penguatan kontribusi ibu dalam pembangunan berkelanjutan, “Perempuan Berdaya dan Berkarya, Menuju Indonesia Emas 2045 ”.
Peringatan yang pertama kali ditetapkan, ketika Kongres Perempuan Indonesia ini, merefleksikan komitmen negara dalam mendorong pemberdayaan perempuan di berbagai segi kehidupan (KemenPPPA). Tema tersebut ditetapkan, dengan harapan partisipasi ibu semakin meningkat di tengah-tengah kehidupan yang menggobal dan banyak tantangan di ranah domestic maupun di ruang public.
Kurang maksimalnya peran orang tua, khususnya Ibu terhadap anak, dan minim berdayanya seorang Ibu, bisa menjadi salah satu penyebab seorang anak melakukan kejahatan kepada orang lain.
Sepanjang tahun 2025 tercatan beberapa pembunuhan anak terhadap orang tua, semua kasus tersebut akibat dari pengasuhan bermasalah, disebabkan konflik antar orang tua dan anak, Kondisi dalam keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak di lingkungan masyarakat (tribunnews.com). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sepanjang tahun 2024 terdapat 2.057 pengaduan terkait berbagai kasus pelanggaran anak. Lebih dari setengahnya berhubungan dengan keluarga. (suara.com/news/2025). Diantara beberapa kasus tersebut, yakniL anak, berinisial A (48) tega bunuh ibu kandungnya SM (76) di Sleman, (DIY) (kompas.com). berikutnya Kasus tragis siswi SD berusia 12 tahun yang diduga membunuh ibu kandungnya Faizah Soraya (42) dengan 20 luka tusukan di Kota Medan, ( masih dalm proses penyidikan (Rabu (10/12/2025. Selanjutnya: Remaja di Cilandak, Jakarta Selatan (MAS:14 tahun) membunuh ayah dan neneknya sendiri serta melukai ibunya. pada Sabtu (30/11.25) ( news.detik.com).
Islam menempatkan posisi mulia bagi sosok ibu, atas setiap usahanya ketika mengandung, menanggung resiko kematian saat melahirkan,sabarnya waktu menyusui, mengasuh dan memenuhi segala kebutuhan anak, hingga Islam menempatkan surga di bawah telapak kaki ibu.tidak hanya itu, Rasulullah menyampaikan Ketika ditanya oleh seorang Sahabat, siapakah sebaiknya yang pertama kali aku berbakti?, jawaban Rasulullah atas tiga pertanyaan yang sama, yakni Ibu, setelah itu, baru Bapak (HR Bukhari 5971 dan Muslim 2548). Tidak sekedar Hadits yang menempatkan Ibu begitu tinggi nilainya di mata Islam, Al-Quran pun dengan tegas, memerintahkan semua anak berbakti kepada orang tua, khususnya Ibu, posisis perintah dalam firman Allah ini: persis setelah perintahNya untuk mengabdi kepada sang pencipta ( Q.S.Al-Ahqaf :15 ).
Bahkan dalam teks lain dinyatakan, bahwa ibu memiliki peran krusial, dalam membentuk generasi yang hebat. Ibu sebagai ” Madrasah Ula” bagi anak, karena dari ibulah, anak pertama kali mengenal dunia, nilai-nilai kehidupan, dan ajaran agama. Ibu telah mempengaruhi fisik dan mental anak, yang mengukirkan warna dalam halaman-halaman putihnya.sebagaimana di sabdakan dalam Hadits : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah; kedua orang tuanyalah yang menjadikannya penganut agama Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.”(Shahih Muslim No. 4805 – Kitab ).
Arti Hadits tersebut seirama dengan kandungan ayat “fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (QS Al A’raf 7:172). jiwa manusia dibekali oleh naluri Ketuhanan sejak lahir. Cuma terkadang naluri itu tertutupi oleh naluri-naluri lain, yang semuanya merupakan kebutuhan manusia. Dengan demikian dibutuhkan orang tua yang cerdas professional , agar fitrah tadi tetap istiqomah, tidak melenceng dari ajaran- ajaran syar’iy yang telah digariskan Allah.
Secara historis ada ibu yang sangat inspiratif, menjadi teladan semua ummat manusia dalam semua agama, baik agama Yahudi, agama Nasrani maupun agama islam, Kisah ini, secara historis maupun dari aspek testualis tersaji dalam semua kitab-kitab samawi, bahkan secara realistis, sososk qudwah ini, seringkali menjadi lentera penerang di tengah gelapnya tantangan kehidupan. Salah satu kisah yang tak lekang oleh waktu dan sarat makna. Beliau sosok ibu yang luar biasa, dengan kesabaran tak tergoyahkan, menghadapi ujian berat dari Allah SWT. Kisahnya menjadi Ibrah berharga tentang bagaimana keyakinan penuh kepada yang Pencipta bisa mengubah ujian menjadi menjadi harapan, dan lembah gersang menjadi sumber kehidupan.
Tokoh fenomenal tersebut Adalah Siti Hajar, di kissahkan, setelah ditinggal Oleh Suaminya Nabi Ibrahim, di tempat yang tiada berpenghuni (Q.S.Ibrahim: 37), persediaan bekal habis. Bayi Ismail menangis kehausan. Sebagai seorang ibu, hati Nya hancur melihat kondisi putranya. Ia tidak menyerah pada keadaan. Dengan sisa tenaga, berusaha, berlari antara dua bukit (HR. Bukhari), Safa dan Marwah, mencari pertolongan.dengan penuh harapan dan doa. Setiap langkahnya adalah perpaduan antara ikhtiar maksimal dan tawakal penuh. Perjuangan inilah yang kemudian diabadikan dalam ibadah haji. mengingatkan setiap Ibu akan pentingnya usaha dan kesabaran dalam menggapai sesuatu. Ujian Siti Hajar sangat berat, ditinggal hanya berdua dengan balita, di Tengah-tengah gurun pasir, yang tidak ada kehidupan, secara logika mahluk hidup akan mati jika menetap di tempat tersebut, karena airpun tidak ada, padahal bekal sedikit air sudah habis.
Maka dengan kecerdasan spritualnya Siti Hajar, sangat percaya bahwa Allah akan menolongnya, dengan kepekaan emosional dan intelektualnya beliau mencari air di sekitarnya. Dengan kepekaan ilmu pengairan Siti hajar mengumpulkan air yang memancar, agar tidak menyebar kemana-mana, dengan kematangan sosialnya beliau mempersilahkan musafir untuk tinggal bersama ketika meminta ijin. Ilmu yang paling utama yang dimiliki Siti hajar Adalah, kemampuannya mendidikan anak sendiri tanpa Ayah disisinya, namun Ismail sangat Soleh dan memiliki iman yang kuat, kesabaran yang tinggi, terbukti, setelah usia remaja, dikunjungi ayahnya, dan menyampaikan, bahwa dalam mimpinya ( mimpi Rasul Adalah wahyu ) menyembelih putranya.
Dengan suka rela Ismail tunduk dan patuh atas perintah Allah. Seorang Ibu yang mampu menghantarkan putra ke jenjang kesuksesan jasmani, Rohani, social intelktual, tidak mungkin hanya memiliki satu atau dua disiplin ilmu. Melainkan juga menguasai gaya komunikasi, baik secara interpersonal, komunikasi Metapersonal, maupun Transaksional ( Yuyun: Tafsir komunikasi di era digital: 2020).
Hingga sekarang, Ibu adalah sosok wanita dengan segudang peran domestik maupun publik, di bahunya begitu besar masuliyah untuk mencetak generasi mustaqbal, menentukan kelestaraian manusia di muka bumi. Di era digital ini, peran ibu menghadapi berbagai kendala,seperti pengaruh teknologi, media sosial, dan gaya hidup yang semakin global. Maka dari itu, ibu membutuhkan berbagai dispilin ilmu, guna memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. dalam membentuk generasi yang berkarakter positif. Namun kehidupan sekuler yang jauh dari nilai-nilai agama telah menggerus peran ibu abai dalam menjalankan perannya. Dominasi sistem kapitalispun telah merasuki sebagian besar ibu. Mengukur standar bahagia hanya dengan madah, yang telah menggeser makna kesuksesan, yang semula diraih dengan limpahan pahala atas tugas mulianya, berganti standar dengan bergaya hidup mewah.
Syariah Islam menetapkan bahwa Ibu memegang peranan urgen dalam membangun perdaban yang gemilang.Pada saat yang sama, sosok Ibu juga , memiliki tugas sebagai manager bagi terciptanya keluarga sakinah, warahmah. Tugas ini tentu membutuhkan keahlian, keterampilan, mengelola, mengatur, menjaga, dan merawat. Menciptakan suasan aman dan nyaman. Ungkapan rumahku surgaku, bukan sekedar kata tapi terealisasi secara nyata. Dan semua ini bisa terwujud dengan kecerdasan ibu dalam memanege rumah tangga. Salah seorang shahabiyah (al-Khansa binti Amr) yang sukses menghantarkan empat orang putranya menjadi mujahid, dan meraih kedudukan mulia sebagai syuhada.
Dalam Sejarah telah tercatat, banyak ibu yang mncetak generasi berkualitas dan tokoh islam fenomenal seperti Imam Bukhori, seorang perawi hadits yang diakui seluruh kaum muslimin. Imam Syafi’i, seorang ahli Fiqh yang berhasil menghafal al-quran pada usia 7 tahun. Imam Hambali, seorang ahli hadits, ahli fiqh dan mujtahid. Imam asy-Syaukani, seorang ulama besar dan pakar pendidikan. Jabir bin Hayyan, seorang ahli Kimia yang menciptakan skala timbangan akurat dan mendefinisikan senyawa kimia. Mereka adalah anak-anak berkualitas dari para ibu cerdas yang memahami kewajibannya untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya dalam ketaatan.
Generasi fenomenal, lahir dari proses yang tidak instan. Membutuhkan ketangguhan dalam mendidik dengan kesabaran Yang tidak kalah penting dibutuhkan sebuah sistem yang mendukung terwujudnya ibu hebat dan generasi cerdas. Sistem ini harus berasal dari Tuhan sang pencipta, yaitu sistem Islam yang telah terbukti mampu melahirkan para generasi Istimewa dalam ilmu, iman dan ketakwaan.Dengan demikian, agar Ibu lebih cerdas, yang melahirkan generasi berkualitas tidak hanya teori, namun membutuhkan implementasi yang dapat terwujud melalui penerapan Islam secara kaffah.
Selamat hari Ibu Nasional ( 2025) ke 97, semoga dengan adanya program pemerintah di atas, kerjasama dengan berbagai lembaga, serta memahami aturan yang maha Kuasa, memenuhi etika norma, insya Allah Ibu di indonesia tidak hanya cerdas social, cerdas moral, namun juga unggul dalam tugasnya. Yang akan mencetak generasi berkualitas fenomenal, cerdas komitmennya terhadap negara dan agama, sehingga anak-anak Gen.Z, sebagai penerus bangsa, mampu menyambung estafet kekhalifahan di bumi secara profesional, dan Negara menjadi Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Gafur. Wallahu a’lam bishshawab. generasi muda
*) Prof. Dr. Hj.Yuyun Affandi, Lc. MA.: Ketua Himpunan Daiyah dan Majlis Taklim ( HIDMAT ) MNU Jateng, Dosen Pascasarjana UIN Walisongo, Ketua Pemberdayaan Perempuan Nisalbab Pusat, Alumni Umm Al-Qura Univ Makkah & King Abdul Aziz Univ Jeddah.***















