Menu

Mode Gelap
Sujarwanto Resmi Terima Dukungan dari KONI Kota Semarang Jadwal Informasi Layanan Samsat Keliling Semarang, Hari Ini Senin 29 September 2025, Buka di Lokasi Ini! Pengerjaan Pemindahan Pipa Transmisi Utama Rampung, Plt. Dirut Perumda Tirta Mulia Pemalang: Distribusi Air Kini Kembali Normal Kelancaran Distribusi Air ke Pelanggan Terganggu Imbas Proyek Drainase Bina Marga di Karangmoncol DPRD Pemalang Tinjau Pengerjaan City Walk, Slamet Efendi: Itu Hanya Basa-basi, Karena Tak Punya Alat Ukur Golkar Pemalang Gelar Musda, Ini Pesan Ketua Golkar Jateng

Opini

Energi Masyarakat yang Terkuras oleh Kebijakan Pemerintah Daerah

badge-check


					Ketua Yayasan Institut Agama Islam Pemalang, Heri Perbesar

Ketua Yayasan Institut Agama Islam Pemalang, Heri

Oleh : Heriyanto* 

WARTA NASIONAL – Sering kali pemerintah daerah mengumumkan kebijakan baru, masyarakat berharap ada angin segar. Namun yang disuguhkan justru mengundang badai. Bukan badai hujan, melainkan badai aturan, pungutan, dan prosedur yang menguras tenaga, pikiran, dan kantong rakyat.

Alih-alih membebaskan warga untuk berkreasi, banyak kebijakan malah membingungkan. Pelaku usaha kecil harus berjibaku mengurus izin yang berubah-ubah. Petani dipusingkan oleh program bantuan yang datang dengan syarat rumit dan data yang sering kali tidak akurat. Warga kota pun tak luput dalam himpitan retribusi parkir, pajak daerah, hingga denda yang datang tanpa peringatan.

Ironisnya, semua ini dibungkus rapi dengan jargon: “Demi pembangunan daerah.” Padahal yang dibangun sering kali hanya gedung megah, bukan kesejahteraan. Yang diperkuat justru birokrasi, tidak dengan ekonomi rakyat.

Masyarakat seolah sedang diperas energinya untuk menopang mesin kebijakan yang boros dan tak efisien. Mereka berlari, tapi di atas mesin treadmill: keringat bercucuran, namun tak pernah maju.

Wes wayae Baca : Sudah saatnya pemerintah daerah berhenti membuat kebijakan dari balik meja dan mulai melihat dari mata warga yang tergilas dampaknya. Dengarkan keluh kesah mereka, libatkan mereka sejak awal, dan ciptakan aturan yang memudahkan, bukan memeras.

Energi rakyat bukanlah sumber daya yang bisa dipakai sesuka hati. Sekali habis, yang tersisa hanyalah keletihan massal dan itu adalah awal dari runtuhnya kepercayaan.

Ongkos politik memang mahal. Oleh sebab itu beragam aturan dan pembangunan tak tepat sasaran sering jadi alasan, tentu semua sudah menjadi rahasia umum karena Bohir sudah menunggu jatah kapan balikin modal. Masyarakat harus berani hentikan politik buta hanya karena rupiah musiman yang membawa kesengsaraan berkepanjangan.

*) Ketua Yayasan Institut Agama Islam Pemalang ***

Baca Lainnya

Tarik Ulur Seleksi Sekda: Brebes Butuh Birokrasi Bersih

14 September 2025 - 08:02 WIB

Aristianto Zamzami

Bandingkan Pendapatan Anggota Dewan Berdasarkan Prinsip Setara

3 September 2025 - 02:13 WIB

Dr. Emrus Sihombing

Nilai-nilai Pancasila sebagai Alat Perekat Persatuan Bangsa

1 September 2025 - 06:10 WIB

Upaya Munaslub Golkar Menguat dan Kabarnya Sudah Dapat Restu Istana, Apakah Sekedar Wacana Saja?

31 Juli 2025 - 05:54 WIB

Bahlil Lahadalia

Zohran Mamdani: Harapan dari Minoritas untuk Mewarnai Politik Amerika

2 Juli 2025 - 04:09 WIB

Ciptadi Prasetyo, ST
Trending di Opini
error: Content is protected !!