WARTA NASIONAL – Musik keroncong adalah akulturasi budaya karena merupakan perpaduan antara musik Barat, khususnya Portugis, dengan musik dan tradisi lokal Indonesia.
Proses akulturasi ini terjadi saat musik Portugis seperti fado dibawa masuk ke Indonesia dan kemudian berkembang dengan adaptasi lokal, menghasilkan bentuk musik yang unik khas Indonesia.
Musik keroncong berawal dari musik Portugis yang dibawa oleh para pedagang dan pelaut sekitar abad ke-16. Musik ini kemudian berkembang di lingkungan seperti Kampung Tugu di Jakarta.
Seiring waktu, musik Portugis ini mengalami penyesuaian dan dipadukan dengan alat musik serta melodi tradisional Indonesia seperti cuk, biola, dan suling.
Hasil dari perpaduan ini adalah musik keroncong yang memiliki identitasnya sendiri, membedakannya dari musik aslinya di Portugis dan menjadikannya bagian dari khazanah budaya Indonesia.

Perwakilan musisi indonesia: Abdul Rahman, Kuntoro Edi, Budi SP
Jika di Surakarta ada Solo Keroncong Festival (SKF) yang merupakan festival keroncong tahunan berskala internasional yg diikuti oleh grup dan seniman keroncong lokal, nasional dan mancanegara sehingga menjadi daya tarik destinasi wisata busaya unggulan Surakarta.
Di malaysia ternyata perkembangan musik keroncong juga cukup marak. Selain yayasan warisan Johor yang peduli terhadap kesenian musik ini, Persatuan Kesenian Malaysia, berpusat di kuala lumpur juga sangat inten menguri-uri kesenian Malaysia termasuk seni keroncong peninggalan nenek moyang dari indonesia.
Salah satu upaya PKM menyebarkan virus keroncong adalah selalu rutin menggelar festival keroncong internastional.
Seperti even “Malaysia International Keroncong Competition (MIKC) 2025 digelar di pelataran Mall KSL Esplanade, Selangor 18-19 oktober 2025. Seperti dijelaskan Arief Soon, pimpinan PKM, kegiatan ini adalah inisiatif persatuan kesenian malaysia untuk memupuk warisan budaya, bakat seni, dan menggalakkan pertukaran budaya juga menampilkan bakat bakat keroncong disamping mempersembahkan keunikan genee musk tradisional kepada umum dan generasi muda.
“Kompetisi keroncong ini tidak saja melibatkan peserta setempat tapi juga kumpulan grup nusantara. Selain itu kami juga mengundang juri musisi keroncong dari semarang untuk menambah ilmu yang kebih detail tentang bermusikn keroncong dengan baik dan benar,”turur Arif bangga.

Perwakilan musisi indonesia, Budi SP
Ditambahkan Budi Setyo Purnomo atau Budi SP, jurnalis dan pemerhati musik keroncong yang diundang khusus event ini bahwa event festival keroncong internasional ini rencananya juga akan di gelar di semarang.
“Kita patut merasa bangga bahwa pak cik Arif sangat peduli dengan keroncong hingga ingin menggelar event internasional keroncong di Semarang. Hadiahnya puluhan juta rupiah telah disediakan oleh persatuan kesenian malaysia. Untuk beberapa waktu le depan ia akan berkunjung ke semarang menghadap Walikota Semarang,” turur ketua KPID Jateng periode 2014-2021.
Finalis
Festival musik keroncong internasional ini digelar untuk kedua kalinya. Para finalis adalah 1. OK Gemerisik Bayu UPSI (universitas Pendidikan Suktan Idris, Perak. 2. OK Arjuna Ratna, kampung Lubok salak, Tanjung Malim, Perak. 3. OK Klasiek Malaya (himpunan keroncong malaya) 4. OK Asmara Malaysia (Orkams) Maktab Sabah.
Dari kewmoat finalis satu mengundurkan diri. Menurut Arif Soon sang penggagas event ini dewan juri sengaja didatangkan dari Jawa Tengah. Mereka adalah Kuntoro Edi praktisi musik dari Sukoharjo 11 tahun singgah di malaysia membentuk kelompok musik keroncong, Abdul Rahman (dosen musik Unnes) dan Jamilah Dosen UPSI. University Pendidikan Sultan Idris., Perak, Malaysia.
Setelah melalui persaingan yang ketat akhirnya ketiga dewan juri memutuskan OK Gemerisik Bayu dengan membawakan lagu kr Moritko sebagai juara 1 disusul OK Arjuna Ratna juara 2 dan OK Klasik sebagai juara 3 dan sebagai vocalis terbaik diraih Fadia Hana (OK Arjuna).***



















